Selasa, 10 Desember 2019

Indahnya Pagi Dinginnya Malam

Oleh: silvi e sipayug
Indahnya pagi membuat aku menjadi semangat untuk melakukan aktivitas yang di lakukan setiap harinya yaitu bekerja sebagai penjual koran untuk membantu ibu ku . Aku memiliki adik yang umurnya masih 5 tahun sedangkan aku berumur 10 tahun , aku bekerja sebagai penjual koran agar membantu ibuku membiayai sekolahku , ayah kami sudah lama tidak ada lagi sewaktu aku berumur 8 tahun , ibuku bekerja sebagai pencuci pakaian tetangga nya . Pagi ini aku akan berangkat untuk mengambil koran dan menjualnya ke warung warung . " ibu ini korannya saya letakkan di sini " kata aku pada ibu. " iya aris letakkan saja di atas meja itu " kata ku pada penjaga warung it. " nanti uangnya saya ambil pulang sekolah ya bu" kataku pada penjaga warung itu. " iya , baiklah aris " kata ibu tadi. " kalo gitu saya pergi dulu ya bu " kataku. " iy ris " kata nya ibu penjaga warung itu. Sebelum sampai di sekolah aku meninggalkan koran ku di warung dekat sekolah ku seperti hari sebelumnya , untung saja mbak warung itu baik dan pengertian kepadaku, ia mengizinkanku menitipkan koranku di warung tersebut. Setelah pulang dari sekolah aku mengganti bajuku dan langsung mengambil korannya ya bu " kataku. " iya nak " kata penjaga warung. " makasih ya mbak udah baik sama saya aris ". " sama sama ris, kita kan harus saling tolong menolong " kata penjaga warung. " ya udah mbak, saya pergi dulu ya bu " kataku. " iya ris, hati hati ya ris " kata penjaga warung itu. " iya mbak " kataku. Begitulah aku tiap hari harus berjualan koran untuk membantu ibu mencari nafkah dan membiayai sekolahku. Di pinggir jalan dimana apabila lampu lalu lintas berwarna merah di situlah kesempatan aris harus berjualan korannya dan di halte. " pak beli korannya, enak lo pak di baca koran tunggu lampunya berwarna hijau " kataku ke dalam mobil itu. " tidak dik " , kata bapak itu. " oh ya udah pak " kataku sambil pergi ke tempat yang lain. " pak mau korannya" kataku. " boleh dik berapa harga korannya " kata bapak di dalam mobil itu. " 6000 ribu aja pak " kataku. " ini dik uangnya " kata bapak itu . " iya pak, makasih " kataku. " sama sama dik ", kata bapak itu. Setelah lampu merah berganti menjadi lampu hijau aku langsung meminggirkan karena kendaraan akan jalan. Selain itu aku pergi ke halte di halte banyak orang yang membeli korannya, setelah korannya habis aku pergi pulang, sebelum aku pulang aku ambil uang koranku yang aku titipkan ke warung warung. Setelah aku ambil, aku langsung pulang dan jam sudah menunjukkan pukul 06.00 wib, itu tandanya aku harus balik ke rumah seperti biasanya aku memang pulang 06.45 wib hari sudah mulai gelap aku belum sampai di rumah karna aku masih mengambil uang koran di warung yang aku titipkan tadi. Dinginnya malam membuat aku berfikir bahwa hidup ini sangatlah keras ,mengapa? Karena buktinya aku harus bekerja keras membantui ibuku apalagi ibu ku hanya buruh pencuci kain dan aku harus memikirkan biaya sekolah dan adik ku yang masih kecil. Setelah sampai di rumah ibu ku langsung menyuruh aku mandi dan kami makan malam bersama lauknya yang hanya tempe goreng yang seadanya. Setelah selesai makan malam ibuku menasehatiku untuk berhenti untuk berjualan koran tapi aku tidak mau. Dinginnya malam tak membuat aku merasa lelah untuk tetap bekerja esok harinya. Sebelum tidur aku berdoa kepada tuhan agar ayahku masuk surga karna dia sangat baik sewaktu masih hidup aku menangis mengingat kata ayahku bahwa bagaimana kita harus berjuang untuk hidup, bekerja itu harus iklas dan penuh ke sabaran karna pasti banyak yang rintangannya yang menghalau pekerjaan kita, begitulah kata ayahku sebelum meninggal dunia. Malam membuat aku merasa untuk tetap semangat dalam menjalani hidupku dan membantu ibuku serta memberi kasih sayang kepada adikku yang masih kecil. Pagi kembali menyinari hari hari ku memberikan aku semangat untuk belajar di sekolah dan bekerja seperti hari biasanya sebelum berangkat ke sekolah aku menitipkan koranku yang bakal aku jual nanti. Saat di sekolah kami mempelajari tentang kasih sayang orang tua, tiba tiba aku teringat dengan ayah dan ibuku yang sangat baik terutama ibuku yang bekerja sebagai pencuci kain orang lain yang mencari uang untuk membiayai hidup kami. Apalagi setelah ayah sudah tidak ada lagi, aku sangat kasihan dengan ibuku tapi aku tidak bisa berbuat apa apa hanya bisa membantu ibu dengan aku berjualan koran. Setelah pulang sekolah aku langsung mengambil koranku di warung mbak sita selaku pemilik warung itu " mbak saya ambil korannya " kataku " kamu udah pulang sekolah ya ris " kata mbak sita " udah mbak" kataku " ya udah, ambillah koran kamu " kata mbak sita. " iya mbak, makasih ya mbak" kataku. " oh ya ris" kata mbak sita. " ada apa mbak " kata ku. " bawa roti nya ris, nanti kalo kamu lapar, kamu bisa makan roti nya " kata mbak sita. " gak usah mbak, makasih kataku mbak. " ambil aja ris, gak papa kok" kata mbak sita. " ta udah mbak, aku ambil, makasihnya mbak udah baik sama ku" kata aris kepada mbak sita. " iya ris sama sama " kata mbak sita. " permisi ya mbak " kata ku. " iya ris, hati hati ya ", mbak sita. Lalu aku pergi dari warung mbak sita. Di halte banyak orang melewati halte itu aku pun menawari mereka untuk membeli koranku, dan bila lampu merah aku pun menjualkan koran ke para pengendara mobil maupun motor. Setelah itu aku merasa lapar karena terlalu lelah menjualkan koran, ku buka tas ku lalu aku ambil roti mbak sita yang dikasi pada ku dalam hati ku" baik sekali mbak sita" kataku dalam hati ku, ku buka plastik roti itu langsung ku makan rotinya, hanya satu roti yang aku makan sedangkan yang di kasih mbak sita ada 4 bungkus rotinya. 1 bungkus rotinya aku makan membuat perut ku kenyang dan semagat lagi aku berjualan koran lagi. Setelah waktu menunjukkan jam 04.00wib aku pergi untuk sholat dan meninggalkan korannya di balik pintu masjid, setelah itu siap sholat aku pergi lagi untuk jualan koran. Sekitar jam 06.00 wib aku menghitung penghasilan ku di halte dan dapat ku lumayan banyak belum lagi aku ambil uang dari koranku yang kutitipkan tadi di warung. Setelah sekitar jam06.15wib aku pergi untuk mengambil uang koranku dan langsung menyetor nya ke bos koranku malam yang dingin tidak membuat aku lemas atau lelah setelah bekerja seharian, di jalan aku berjalan dengan menyanyikan lau kesukaan ku. Hidup penuh dengan liku liku, saat aku menyanyikan tiba tiba sebuah mobil menabrak ku membuat aku tergeletak berlimpah darah ,aku pingsan dan tak tau apa lagi yang terjadi setelah kejadian itu. penulis adalah siswa SMA N 1 PURBA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sekolah ku Ibadahku

Oleh 'Liani sinaga' Pagi hari yang cerah,aku duduk di depan Kelas ku b...