Kamis, 14 Oktober 2010

lomba cerpen 2010

Woi, kawan-kawan.
ni ada lomba!

Ayo, gali potensi! Asah kemampuan! Atau apapun namanya….. coba dulu deh….
[orang lain aja bilang kamu bisa kok. Ya, pasti bisa n memang bisa!]
[Ayo tunjukkan kawan…. Tindakanmu buktinya tu….]
===================================================================================
Kompak Festival Puisi dan Cerita Pendek Indonesia
“Menggali Potensi dan Kreativitas Generasi Muda dalam Bersastra”
25-27 November 2010

Mengadakan Lomba:

1. Cipta Cerpen untuk umum (usia 15-25 tahun)
Persyaratan:
- Banyak naskah 5000-8000 karakter
- Tema bebas
- Uang pendaftaran Rp. 15000,

2. Cipta Puisi untuk umum (usia 15-25 tahun)
Persyaratan:
- Tema bebas
- Uang pendaftaran Rp. 15000

3. Lomba Baca Puisi untuk umum (usia 15-25 tahun)
Persyaratan:
- uang pendaftaran Rp. 15.000, tema bebas

4. Cipta Cerpen khusus anggota KOMPAK
Persyaratan:
- Banyak naskah 5000-8000 karakter
- Tema budaya local

5. Workshop Cerita Pendek
- Biaya pendaftaran Rp. 10.000

6. Pameran Cerita Pendek
7. Bazar Buku Antologi Cerpen dan Puisi

Persyaratan Umum:
- Berkas rangkap 3, menyertai soft copy di CD, biodata, dan foto JPG ukuran minimal 1000×2000
- Diketik kertas A4, Times New Roman, huruf 12, 1 ½ spasi
- Berkas dikirim ke rudisaragih@ymail.com, atau wahyu_wiji@yahoo.com dan dapat pula dikirim langsung ke sekretariat Taman Baca setiap sabtu pukul 15.30-17.30
- Uang pendaftaran dapat dikirim kerekening BNI 46 dengan No. 0137031319 atas nama Ria Ristiana Dewi

Informasi lebih tepat hubungi:
Rudi Hartono Saragih 081260980286 || Zuliana Ibrahim 085277042241
Dani Sukma 085762691247 || Erni Wirda Ningsih 081990504418

Batas akhir pendaftaran 30 oktober 2010 pukul 00.00

diselenggarakan oleh KOMPAK bersama LABSAS
============================================================================

teknik menulis esai

Cakap-cakap Tentang Esai [Katanya]

Tulisan prosa berupa pendapat seseorang tentang suatu permasalahan ditinjau secara subyektif dari berbagai aspek / bidang kehidupan. Tulisan ini mengambil angle dari beberapa disiplin ilmu, dengan analisis, sintesis dan kesimpulan yang khas dari penulisnya.

Langkah-langkah membuat Esai

1. Mulailah dengan Semangat! Dan jangan melemahkan diri anda katakana pada diri anda
“Ayo … (sebutkan nama anda) kamu pasti bisa!”
2. Tentukan topik
Topik yang ditentukan harus spesifik, kreatif, dan inovatif. Pikirkan tujuan dan potensi (pengaruh) topik
[gak usah berpikir menulis yang besar, yang kecil aja asal pasti.]
3. Tuliskan Garis besar ide-ide dan struktur ide
Identifikasi secara umum apa yang akan dituliskan
4. Identifikasi dengan hal-hal yang berhubungan
5. Buat lead
Kalimat pengantar yang membuat orang tertari pada kesan pertama membaca
6. Kembangkan ide
7. Buatlah beberapa sub topic untuk pembahasan lebih mendalam
8. Kembangkan sub topik yang telah anda buat
9. buat Sintesis-nya
Perpaduan masalah, analisis serta ide/gagasan
10. Berikan sentuhan terakhir
Pilih mana data dan informasi menarik, paling kuat hingga setelah membaca tulisan anda pembaca penasaran untuk membahas lebih dalam
11. Baca kembali [editing akhir]
12. Baca kembali [perbaiki] selanjutnya baca kembali [dan tersenyumlah dan katakan “yes! Selesai!]

Membuat tulisan tentunya berdasarkan wawasan dan pengalaman. menulis non fiksi berupa menyampaikan gagasan dengan kemampuan intelektual dalam bentuk tulisan.

Minggu, 05 September 2010

Ejaan Jiwa


katupuk



Kau baru saja mengungkapkan ilmu padi diantara orang kerdil
Dalam malam guratan evaluasi terpahat kemilau, sahabat
Dari jiwa-jiwa sedih hari kemarin
Kita telah membubut kebersamaan

Dalam perjalanan hari lalu
Kita tersenyum bersama bunga-bunga pagi
Ada segala rasa dalam sahabat
Aku besar tak lepas dari batinku yang telah bercampur keringatmu
Tak bisa aku pungkiri itu

Walau embun pagi juga belum turun
Pedebatan kita malam ini menguak untaian makna
Walau matahari belum berbagi sinar
Tapi sinar sahabat cemerlang diantara gelapnya jiwa

Mega malam telah bersama kita
Ada sebuah bintang yang memberi semangat
Aku bangga kala semangat malam ini
Kembali ada arus menuju ketinggian,
Dan itu,
Nurani kita

Semangatku, semangatmu, semangat kita!
Terukir dalam bulan suci, bulan penuh berkah
Hingga akhir nanti kita bisa tersenyum
Setelah mengalami lapar dan haus dalam garapan pemuda tahan lapar
Garputala sebutannya

Hari kemarin bisa diingat dan dilantunkan
Sedih kemarin hikmah hari ini
Menjadi semangat hari depan

Jangan katakana kata “aduh” dalam deretan katamu
Tertuju semua situasi dan kondisi,
Ejalah semangat dalam tantangan,
bukan dalam masalah

Pun dalam sela-sela nafas di balik udara
Selama kita hidup, satu harapanku terpenting
Selama aku ada
jangan umbarkan, jangan lakukan deretan kata itu:
pergi…!
Enyahkan itu sahabat!
Jadikan semangat dalam diri.

Lantai tiga 7naga
Memberi guratan cinta dalam sahabat
Semangat dalam sahabat
Rasa dalam sahabat
Berharap awan berhembus menuju cahaya di timur


Tembung, Lt 3 7naga 03:00
3 Ramadhan 1431 H

Selasa, 17 Agustus 2010

Pendekatan, Strategi, Metode, Teknik, Taktik, dan Model Pembelajaran

Dalam proses pembelajaran dikenal beberapa istilah yang memiliki kemiripan makna,

sehingga seringkali orang merasa bingung untuk membedakannya. Istilah-istilah tersebut

adalah: (1) pendekatan pembelajaran, (2) strategi pembelajaran, (3) metode

pembelajaran; (4) teknik pembelajaran; (5) taktik pembelajaran; dan (6) model

pembelajaran. Berikut ini akan dipaparkan istilah-istilah tersebut, dengan harapan dapat

memberikan kejelasaan tentang penggunaan istilah tersebut.

Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita

terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu

proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginsiprasi,

menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu. Dilihat

dari pendekatannya, pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan, yaitu: (1) pendekatan

pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa (student centered approach) dan

(2) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada guru (teacher centered

approach).

Dari pendekatan pembelajaran yang telah ditetapkan selanjutnya diturunkan ke dalam

strategi pembelajaran. Newman dan Logan (Abin Syamsuddin Makmun, 2003)

mengemukakan empat unsur strategi dari setiap usaha, yaitu :

1. Mengidentifikasi dan menetapkan spesifikasi dan kualifikasi hasil (out put) dan

sasaran (target) yang harus dicapai, dengan mempertimbangkan aspirasi dan

selera masyarakat yang memerlukannya.

2. Mempertimbangkan dan memilih jalan pendekatan utama (basic way) yang paling

efektif untuk mencapai sasaran.

3. Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah (steps) yang akan dtempuh

sejak titik awal sampai dengan sasaran.

4. Mempertimbangkan dan menetapkan tolok ukur (criteria) dan patokan ukuran

(standard) untuk mengukur dan menilai taraf keberhasilan (achievement) usaha.

Jika kita terapkan dalam konteks pembelajaran, keempat unsur tersebut adalah:

1. Menetapkan spesifikasi dan kualifikasi tujuan pembelajaran yakni perubahan

profil perilaku dan pribadi peserta didik.

2. Mempertimbangkan dan memilih sistem pendekatan pembelajaran yang

dipandang paling efektif.

3. Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah atau prosedur, metode dan

teknik pembelajaran.

4. Menetapkan norma-norma dan batas minimum ukuran keberhasilan atau kriteria

dan ukuran baku keberhasilan.

Dilihat dari pendekatannya, pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan, yaitu: (1)

pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa (student centered

approach) dan (2) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada guru

(teacher centered approach).

1. Pendekatan Expository

Pendekatan Expository menekankan pada penyampaian informasi yang

disampaikan sumber belajar kepada warga belajar. Melalui pendekatan ini sumber belajar

dapat menyampaikan materi sampai tuntas. Pendekatan Expository lebih tepat digunakan

apabila jenis bahan belajar yang bersifat informatif yaitu berupa konsep-konsep dan

prinsip dasar yang perlu difahami warga belajar secara pasti. Pendekatan ini juga tepat

digunakan apabila jumlah warga belajar dalam kegiatan belajar itu relatif banyak.

Pendekatan expository dalam pembelajaran cenderung berpusat pada sumber

belajar, dengan memiliki ciri-ciri sebagai berikut: 1) adanya dominasi sumber belajar

dalam pembelajaran, 2) bahan belajar terdiri dari konsep-konsep dasar atau materi yang

baru bagi warga belajar, 3) materi lebih cenderung bersifat informasi, 4) terbatasnya

sarana pembelajaran.

Langkah-langkah penggunaan pendekatan Expository

a. Sumber belajar menyampaikan informasi mengenai konsep, prinsip-prinsip dasar

serta contoh-contoh kongkritnya. Pada langkah ini sumber belajar dapat

menggunakan berbagai metode yang dianggap tepat untuk menyampaikan informasi

b. Pengambilan kesimpulan dari keseluruhan pembahasan baik dilakukan oleh sumber

belajar atau warga belajar atau bersama antara sumber belajar dengan warga belajar

Keuntungan dari penggunaan pendekatan Expository adalah sumber belajar dapat

menyampaikan bahan belajar sampai tuntas sesuai dengan rencana yang sudah

ditentukan, bahan belajar yang diperoleh warga belajarnya sifatnya seragam yaitu

diperoleh dari satu sumber, melatih warga belajar untuk menangkap, manafsirkan materi

yang disampaikan oleh sumber belajar, target materi pembelajaran yang perlu

disampaikan mudah tercapai, dapat diikuti oleh warga belajar dalam jumlah relatif

banyak.

Disamping kebaikan ada juga kelemahannya yaitu pembelajaran terlalu berpusat

kepada sumber belajar sehingga terjadi pendominasian kegiatan oleh sumber belajar yang

mengakibatkan kreatifitas warga belajar terhambat. Kelemahan lain yaitu sulit

mengetahui taraf pemahaman warga belajar tentang materi yang sudah diberikan, karena

dalam hal ini tidak ada kegiatan umpan balik.

Untuk mengatasi kelemahan pendekatan ini harus ada usaha dari sumber belajar

tentang jenis metode yang digunakan yaitu setelah penyampaian informasi selesai harus

ada tindak lanjutnya yaitu dengan menggunakan metode bervariasi yang sekiranya

memberikan kesempatan kepada warga belajar untuk mengemukakan permasalahan atau

gagasannya yang ada kaitannya dengan materi yang sudah diberikan.

2. Pendekatan Inquiry

Istilah Inquiry mempunyai kesamaan konsep dengan istilah lain seperti

Discovery, Problem solving dan Reflektif Thinking. Semua istilah ini sama dalam

penerapannya yaitu berusaha untuk memberikan kesempatan kepada warga belajar untuk

dapat belajar melalui kegiatan pengajuan berbagai permasalahan secara sistimatis,

sehingga dalam pembelajaran lebih berpusat pada keaktifan warga belajar. Dalam

kegiatan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan Inquiry, sumber belajar

menyajikan bahan tidak sampai tuntas, tetapi memberi peluang kepada warga belajar

untuk mencari dan menemukannya sendiri dengan menggunakan berbagai cara

pendekatan masalah. Sebagaimana dikemukakan oleh Bruner bahwa landasan yang

mendasari pendekatan inquiry ini adalah hasil belajar dengan cara ini lebih mudah

diingat, mudah ditransfer oleh warga belajar. Pengetahuan dan kecakapan warga belajar

yang bersangkutan dapat menumbuhkan motif intrinsik karena warga belajar merasa puas

atas penemuannya sendiri.

Pendekatan Inquiry ditujukan kepada cara belajar yang menggunakan cara

penelaahan atau pencarian terhadap sesuatu objek secara kritis dan analitis, sehingga

dapat membentuk pengalaman belajar yang bermakna. Warga belajar dituntut untuk

dapat mengungkapkan sejumlah pertanyaan secara sistimatis terhadap objek yang

dipelajarinya sehingga ia dapat mengambil kesimpulan dari hasil informasi yang

diperolehnya. Peran sumber belajar dalam penggunaan pendekatan Inquiry ini adalah

sebagai pembimbing/fasilitator yang dapat mengarahkan warga belajar dalam kegiatan

pembelajarannya secara efektif dan efisien.

Langkah-langkah yang dapat ditempuh dengan menggunakan pendekatan Inquiry

yaitu sebagaimana dikemukan oleh A.Trabani :

a. Stimulation : Sumber belajar mulai dengan bertanya mengajukan persoalan atau

memberi kesempatan kepada warga belajar untuk membaca atau mendengarkan

uraian yang memuat permasalahan

b. Problem Statement : Warga belajar diberi kesempatan mengidentifikasi berbagai

permasalahan. Permasalahan yang dipilih selanjutnya harus dirumuskan dalam

bentuk pertanyaan atau hipotesis

c. Data Collection : Untuk menjawab pertanyaan atau membuktikan benar tidaknya

hipotesis itu, warga belajar diberi kesempatan untuk mengumpulkan berbagai

informasi yang relevan, membaca literatur, mengamati objeknya, mewawancarai

nara sumber, uji coba sendiri dan sebagainya.

d. Data Processing : Semua informasi itu diolah, dilacak, diklasifikasikan, ditabulasikan

kalau mungkin dihitung dengan cara tertentu serta ditafsirkan pada tingkat

kepercayaan tertentu.

e. Verification : Berdasarkan hasil pengolahan dan tafsiran atau informasi yang ada

tersebut, pertanyaan atau hipotesis yang telah dirumuskan terdahulu itu kemudian

dicek terbukti atau tidak.

f. Generalization : Berdasarkan hasil verifikasi maka warga belajar menarik

generalisasi atau kesimpulan tertentu.

Adapun langkah secara keseluruhan mulai dari perencanaan sampai evaluasi

tentang penggunaan pendekatan Inquiry adalah sebagai berikut :

a. Kegiatan pemberian dorongan : Kegiatan ini ditujukan untuk menarik perhatian

warga belajar dan mengungkapkan hubungan bahan belajar yang akan dipelajari

dengan bahan belajar yang sudah dikuasai atau dalam keseluruhan bahan belajar

secara utuh

b. Kegiatan penyampaian rencana program pembelajaran. Kegiatan ini ditujukan untuk

mengungkapkan rencana program pembelajaran, termasuk prosedur pembelajaran

yang harus diikuti oleh warga belajar

c. Proses inquiry. Pelaksanaan pembelajaran dapat mengikuti langkah-langkah sebagai

berikut :

1) Pengajuan permasalahan

2) Pengajuan pertanyaan penelitian atau hipotesis

3) Pengumpulan data

4) Penarikan kesimpulan

5) Penarikan generalisasi

d. Umpan balik. Kegiatan ini ditujukan untuk melihat respon warga belajar terhadap

keseluruhan bahan belajar yang telah dipelajari

e. Penilaian. Kegiatan penilaian dilakukan oleh sumber belajar baik secara lisan

maupun tertulis dan atau penampilan.

Dalam penggunaan pendekatan Inquiry, Sumber belajar perlu memperhatikan halhal

sebagai berikut :

a. Warga belajar sudah memiliki pengetahuan konsep dasar yang berhubungan dengan

bahan belajar yang dipelajari

b. Warga belajar memiliki sikap dan nilai tentang keraguan terhadap informasi yang

diterima, keingintahuan, respek terhadap penggunaan fikiran, respek terhadap data,

objektif, keingintahuan dalam pengambilan keputusan, dan toleran dalam

ketidaksamaan

c. Memahami prosedur pelaksanaan penggunaan strategi pembelajaran Inquiry

Apabila pendekatan Inquiry digunakan dalam kegiatan pembelajaran maka

banyak kelebihan yang diperoleh, diantaranya yaitu :

a. Menumbuhkan situasi keakraban diantara warga belajar, karena diberi kesempatan

untuk saling berkomunikasi dalam memecahkan suatu permasalahan

b. Membiasakan berfikir sistimatis dan analitis dalam mengajukan hipotesis dan

pemecahan masalah

c. Membiasakan berfikir objektif dan empirik yang didasarkan atas pengalaman atau

data yang diperoleh

d. Tumbuhnya suasana demokratis dalam pembelajaran

e. Dapat menambah wawasan bagi warga belajar dan sumber belajar karena terjadi

saling tukar pengalaman

Disamping kelebihan dari pendekatan ini juga tidak lepas dari kelemahan yang

mungkin timbul dalam proses pembelajaran yaitu apabila tidak ada kesiapan dan

kemampuan dari warga belajar untuk memecahkan permasalahan maka tujuan

pembelajaran tidak akan tercapai, juga kemungkinan akan terjadi pendominasian oleh

beberapa orang warga belajar yang sudah biasa dalam hal mengemukakan pendapat.

Untuk mengurangi permasalahan yang mungkin muncul, sumber belajar dituntut

memiliki kemampuan dalam hal membimbing dan mengarahkan warga belajar supaya

mereka dapat mengembangkan kemampuannya sesuai dengan potensi yang sudah

dimilikinya.

Pengertian Strategi

Dari pendekatan pembelajaran yang telah ditetapkan selanjutnya diturunkan ke

dalam strategi pembelajaran. Strategi dalam kegiatan pembelajaran dapat diartikan dalam

pengertian secara sempit dan pengertian secara luas. Dalam pengertian sempit bahwa

istilah strategi itu sama dengan pengertian metode yaitu sama-sama merupakan cara

dalam rangka pencapaian tujuan. Dalam pengertian luas sebagaimana dikemukakan

Newman dan Logan (Abin Syamsuddin Makmun, 2003) mengemukakan empat unsur

strategi dari setiap usaha, yaitu:

1. Mengidentifikasi dan menetapkan spesifikasi dan kualifikasi hasil (out put) dan

sasaran (target) yang harus dicapai, dengan mempertimbangkan aspirasi dan selera

masyarakat yang memerlukannya.

2. Mempertimbangkan dan memilih jalan pendekatan utama (basic way) yang paling

efektif untuk mencapai sasaran.

3. Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah (steps) yang akan dtempuh

sejak titik awal sampai dengan sasaran.

4. Mempertimbangkan dan menetapkan tolok ukur (criteria) dan patokan ukuran

(standard) untuk mengukur dan menilai taraf keberhasilan (achievement) usaha.

Jika kita terapkan dalam konteks pembelajaran, keempat unsur tersebut adalah:

1. Menetapkan spesifikasi dan kualifikasi tujuan pembelajaran yakni perubahan profil

perilaku dan pribadi peserta didik.

2. Mempertimbangkan dan memilih sistem pendekatan pembelajaran yang dipandang

paling efektif.

3. Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah atau prosedur, metode dan

teknik pembelajaran.

4. Menetapkan norma-norma dan batas minimum ukuran keberhasilan atau kriteria dan

ukuran baku keberhasilan.

Sementara itu, Kemp (Wina Senjaya, 2008) mengemukakan bahwa strategi

pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa

agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Selanjutnya, dengan

mengutip pemikiran J. R David, Wina Senjaya (2008) menyebutkan bahwa dalam strategi

pembelajaran terkandung makna perencanaan. Artinya, bahwa strategi pada dasarnya

masih bersifat konseptual tentang keputusan-keputusan yang akan diambil dalam suatu

pelaksanaan pembelajaran.

Dilihat dari strateginya, pembelajaran dapat dikelompokkan ke dalam dua bagian

pula, yaitu: (1) exposition-discovery learning dan (2) group-individual learning

(Rowntree dalam Wina Senjaya, 2008). Ditinjau dari cara penyajian dan cara

pengolahannya, strategi pembelajaran dapat dibedakan antara strategi pembelajaran

induktif dan strategi pembelajaran deduktif.

METODE PEMBELAJARAN

Metode merupakan langkah operasional dari strategi pembelajaran yang dipilih

dalam mencapai tujuan belajar, sehingga bagi sumber belajar dalam menggunakan suatu

metode pembelajaran harus disesuaikan dengan jenis strategi yang digunakan. Ketepatan

penggunaan suatu metode akan menunjukkan fungsionalnya strategi dalam kegiatan

pembelajaran.

Istilah metode dapat digunakan dalam berbagai bidang kehidupan, sebab secara

umum menurut kamus Purwadarminta (1976), metode adalah cara yang telah teratur dan

terfikir baik-baik untuk mencapai sesuatu maksud. Sedangkan menurut Kamus Besar

Bahasa Indonesia, metode adalah cara kerja yang bersistem untuk memudahkan

pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan. Metode berasal dari

kata method (Inggris), artinya melalui, melewati, jalan atau cara untuk memeroleh

sesuatu.

Berdasarkan pengertian tersebut di atas jelas bahwa pengertian Metode pada

prinsipnya sama yaitu merupakan suatu cara dalam rangka pencapaian tujuan, dalam hal

ini dapat menyangkut dalam kehidupan ekonomi, sosial, politik, maupun keagamaan.

Unsur–unsur metode dapat mencakup prosedur, sistimatik, logis, terencana dan aktivitas

untuk mencapai tujuan. Adapun metode dalam pembahasan ini yaitu metode yang

digunakan dalam proses pembelajaran. Pembelajaran dapat diartikan sebagai setiap upaya

yang sistimatik dan disengaja untuk menciptakan kondisi-kondisi agar kegiatan

pembelajaran dapat berjalan secara efektif dan efisien. Dalam kegiatan pembelajaran

tersebut tidak dapat lepas dari interaksi antara sumber belajar dengan warga belajar,

sehingga untuk melaksanakan interaksi tersebut diperlukan berbagai cara dalam

pelaksanaannya. Interaksi dalam pembelajaran tersebut dapat diciptakan interaksi satu

arah, dua arah atau banyak arah. Untuk masing-masing jenis interaksi tersebut maka jelas

diperlukan berbagai metode yang tepat sehingga tujuan akhir dari pembelajaran tersebut

dapat tercapai.

Metode dalam pembelajaran tidak hanya berfungsi sebagai cara untuk

menyampaikan materi saja, sebab sumber belajar dalam kegiatan pembelajaran

mempunyai tugas cakupan yang luas yaitu disamping sebagai penyampai informasi juga

mempunyai tugas untuk mengelola kegiatan pembelajaran sehingga warga belajar dapat

belajar untuk mencapai tujuan belajar secara tepat. Jadi, metode pembelajaran dapat

diartikan sebagai cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah

disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Berdasarkan hal tersebut maka kedudukan metode dalam pembelajaran

mempunyai ruang lingkup sebagai cara dalam:

1. Pemberian dorongan, yaitu cara yang digunakan sumber belajar dalam rangka

memberikan dorongan kepada warga belajar untuk terus mau belajar

2. Pengungkap tumbuhnya minat belajar, yaitu cara dalam menumbuhkan rangsangan

untuk tumbuhnya minat belajar warga belajar yang didasarkan pada kebutuhannya

3. Penyampaian bahan belajar, yaitu cara yang digunakan sumber belajar dalam

menyampaikan bahan dalam kegiatan pembelajaran

4. Pencipta iklim belajar yang kondusif, yaitu cara untuk menciptakan suasana belajar

yang menyenangkan bagi warga abelajar untuk belajar

5. Tenaga untuk melahirkan kreativitas, yaitu cara untuk menumbuhkan kreativitas

warga belajar sesuai dengan potensi yang dimilikinya

6. Pendorong untuk penilaian diri dalam proses dan hasil belajar, yaitu cara untuk

mengetahui keberhasilan pembelajaran

7. Pendorong dalam melengkapi kelemahan hasil belajar, cara untuk untuk mencari

pemecahan masalah yang dihadapi dalam kegiatan pembelajaran

Strategi pembelajaran sifatnya masih konseptual dan untuk

mengimplementasikannya digunakan berbagai metode pembelajaran tertentu. Dengan

kata lain, strategi merupakan “a plan of operation achieving something” sedangkan

metode adalah “a way in achieving something” (Wina Senjaya (2008). Jadi, metode

pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk mengimplementasikan

rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai

tujuan pembelajaran. Terdapat beberapa metode pembelajaran yang dapat digunakan

untuk mengimplementasikan strategi pembelajaran, diantaranya: (1) ceramah; (2)

demonstrasi; (3) diskusi; (4) simulasi; (5) laboratorium; (6) pengalaman lapangan; (7)

brainstorming; (8) debat, (9) simposium, dan sebagainya.

TEKNIK PEMBELAJARAN

Selanjutnya metode pembelajaran dijabarkan ke dalam teknik dan gaya pembelajaran.

Dengan demikian, teknik pembelajaran dapat diatikan sebagai cara yang dilakukan

seseorang dalam mengimplementasikan suatu metode secara spesifik. Misalkan,

penggunaan metode ceramah pada kelas dengan jumlah siswa yang relatif banyak

membutuhkan teknik tersendiri, yang tentunya secara teknis akan berbeda dengan

penggunaan metode ceramah pada kelas yang jumlah siswanya terbatas. Demikian pula,

dengan penggunaan metode diskusi, perlu digunakan teknik yang berbeda pada kelas

yang siswanya tergolong aktif dengan kelas yang siswanya tergolong pasif. Dalam hal

ini, guru pun dapat berganti-ganti teknik meskipun dalam koridor metode yang sama.

TAKTIK PEMBELAJARAN

Sementara taktik pembelajaran merupakan gaya seseorang dalam melaksanakan

metode atau teknik pembelajaran tertentu yang sifatnya individual. Misalkan, terdapat

dua orang sama-sama menggunakan metode ceramah, tetapi mungkin akan sangat

berbeda dalam taktik yang digunakannya. Dalam penyajiannya, yang satu cenderung

banyak diselingi dengan humor karena memang dia memiliki sense of humor yang tinggi,

sementara yang satunya lagi kurang memiliki sense of humor, tetapi lebih banyak

menggunakan alat bantu elektronik karena dia memang sangat menguasai bidang itu.

Dalam gaya pembelajaran akan tampak keunikan atau kekhasan dari masing-masing

guru, sesuai dengan kemampuan, pengalaman dan tipe kepribadian dari guru yang

bersangkutan. Dalam taktik ini, pembelajaran akan menjadi sebuah ilmu sekalkigus juga

seni (kiat)

MODEL PEMBELAJARAN

Apabila antara pendekatan, strategi, metode, teknik dan bahkan taktik

pembelajaran sudah terangkai menjadi satu kesatuan yang utuh maka terbentuklah apa

yang disebut dengan model pembelajaran. Jadi, model pembelajaran pada dasarnya

merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan

secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau

bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran.

Berkenaan dengan model pembelajaran, Bruce Joyce dan Marsha Weil (Dedi Supriawan

dan A. Benyamin Surasega, 1990) mengetengahkan 4 (empat) kelompok model

pembelajaran, yaitu: (1) model interaksi sosial; (2) model pengolahan informasi; (3)

model personal-humanistik; dan (4) model modifikasi tingkah laku. Kendati demikian,

seringkali penggunaan istilah model pembelajaran tersebut diidentikkan dengan strategi

pembelajaran.

Untuk lebih jelasnya, posisi hierarkis dari masing-masing istilah tersebut, kiranya dapat

divisualisasikan sebagai berikut:

Di luar istilah-istilah tersebut, dalam proses pembelajaran dikenal juga istilah desain

pembelajaran. Jika strategi pembelajaran lebih berkenaan dengan pola umum dan

prosedur umum aktivitas pembelajaran, sedangkan desain pembelajaran lebih menunjuk

kepada cara-cara merencanakan suatu sistem lingkungan belajar tertentu setelah

ditetapkan strategi pembelajaran tertentu. Jika dianalogikan dengan pembuatan rumah,

strategi membicarakan tentang berbagai kemungkinan tipe atau jenis rumah yang hendak

dibangun (rumah joglo, rumah gadang, rumah modern, dan sebagainya), masing-masing

akan menampilkan kesan dan pesan yang berbeda dan unik. Sedangkan desain adalah

menetapkan cetak biru (blue print) rumah yang akan dibangun beserta bahan-bahan yang

diperlukan dan urutan-urutan langkah konstruksinya, maupun kriteria penyelesaiannya,

mulai dari tahap awal sampai dengan tahap akhir, setelah ditetapkan tipe rumah yang

akan dibangun.

Berdasarkan uraian di atas, bahwa untuk dapat melaksanakan tugasnya secara

profesional, seorang guru dituntut dapat memahami dan memliki keterampilan yang

memadai dalam mengembangkan berbagai model pembelajaran yang efektif, kreatif dan

menyenangkan, sebagaimana diisyaratkan dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.

Mencermati upaya reformasi pembelajaran yang sedang dikembangkan di Indonesia, para

guru atau calon guru saat ini banyak ditawari dengan aneka pilihan model pembelajaran,

yang kadang-kadang untuk kepentingan penelitian (penelitian akademik maupun

penelitian tindakan) sangat sulit menermukan sumber-sumber literarturnya. Namun, jika

para guru (calon guru) telah dapat memahami konsep atau teori dasar pembelajaran yang

merujuk pada proses (beserta konsep dan teori) pembelajaran sebagaimana dikemukakan

di atas, maka pada dasarnya guru pun dapat secara kreatif mencobakan dan

mengembangkan model pembelajaran tersendiri yang khas, sesuai dengan kondisi nyata

di tempat kerja masing-masing, sehingga pada gilirannya akan muncul model-model

pembelajaran versi guru yang bersangkutan, yang tentunya semakin memperkaya

khazanah model pembelajaran yang telah ada.

=> Dikutip dari berbagai sumber

Jumat, 13 Agustus 2010

Universitas yang Sesungguhnya


Rudi Hartono Saragih

“Nanti lama tamatnya.” Kata-kata itu yang selalu terucap dari mahasiswa yang tidak ingin mengecap organisasi di kampus. Cara pandang ini mengkambinghitamkan organisasi sebagai penyebab lamanya menyelesaikan studi. Tidakkah terpikir bahwa semua itu sangat erat kaitannya dengan manajemen pribadi dalam menjalankan tugas akademisi?

Momok ini memang terbentuk ketika mengetahui lama tamatnya para organisator yang sering disebut aktivis. Namun perlu dikaji ulang latar belakang penyebab masalah tersebut. Tidak hanya itu, ketakutan dipersulit dosen juga tidak terenyahkan oleh orang yang disebut agen perubahan ini.
Kenyataannya memang ada aktivis yang lama tamat, namun itu karena ada kesibukan di sela-sela kuliah. Paradigma ini memang tidak banyak diterima. Dalam hal ini, memaknai ’universitas yang sesungguhnya’ masih sangat beragam. Sebagai tempat mempersiapkan diri untuk terjun secara profesional ke lingkungan masyarakat, institusi ini memberikan pengetahuan dan pengalaman. Dalam ranah pengalaman inilah organisasi memberikan kontribusi yang paling besar. Wadah ini yang acap kali membentuk manajemen diri dan kelompok serta karakter dan berbagai pengalaman menarik.
Ketika di bangku kuliah kemampuan kognitif telah dipenuhi, maka secara umum kemampuan afektif dan psikomorik lebih diasah di organisasi. Dalam hal ini, kuliah dan organisasi saling terikat. Kuliah akan lebih sempurna ketika diikuti organisasi, serta sebaliknya.
Tentunya salah juga, ketika organisasi sampai menghambat kuliah sebagai aktivitas primer

Minggu, 11 Juli 2010

Karya di Ujung Pena

Beberapa karya Rudi Hartono yang telah dibukukan hingga tahun 2010

1. cerpen
Judul Buku : Kumpulan Cerpen “Artefak”
Judul Cerpen : Sehelai sirih
Halaman : 114-120
Penerbit : Laboritorium Sastra Medan (Labsas) tahun 2008
ISBN : 978-979-16205-6-7

2. cerpen
Judul Buku : Kumpulan Cerpen “Para Penanti”
Judul Cerpen : Badai di Pinggir Jalan Bulan di Tepi Jurang
Halaman : 83-87
Penerbit : Mentiko Publisher tahun 2008
ISBN : 978-602-95059-01

3. cerpen
Judul Buku : Kumpulan Cerpen “Cermin”
Judul Cerpen : Semangat Ratapan
Halaman : 133-140
Penerbit : Laboritorium Sastra Medan (Labsas) tahun 2009
ISBN : 978-979-16205-8-1

4. feature
Judul Buku : Kumpulan Feature Human Interest “Pencari”
Judul Cerpen : Bukan Pekerjaan Pokok Bukan Pekerjaan Sampingan
Halaman : 109-112
Penerbit : Pers Mahasiswa Kreatif Universitas Negeri Medan tahun 2010
ISBN : 978-602-96992-0-3

5. puisi
Judul Buku : Kumpulan Puisi “Suara Peri dan Mimpi”
Judul Puisi : - Murka
- Pengabdian
Halaman : 79-80
Penerbit : Laboritorium Sastra Medan (Labsas) tahun 2009
ISBN : 978-979-16205-7-4



Daftar 10 piagam dan sertifikat pilihan (terbaik)

1. Piagam penghargaan dari Kementerian Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia dalam menulis karya tulis ilmiah pemuda tingkat nasional tahun 2007
2. Piagam penghargaan dari Rektor Universitas Negeri Medan sebagai mahasiswa berprestasi Unimed tahun 2009
3. Piagam penghargaan sebagai penulis dalam buku “PENCARI” Kumpulan Feature Human Interest tahun 2010
4. Piagam penghargaan sebagai juara harapan I pada Kompetisi Karya Tulis Mahasiswa (KKTM) FBS Unimed tahun 2008
5. Piagam penghargaan sebagai juara II Sayembara Penulisan Esai Tingkat Mahasiswa se-Sumatera Utara oleh Balai Bahasa Medan tahun 2009
6. Sertifikat sebagai juara II Penulisan Artikel pada acara Bulan Bahasa di FBS Unimed tahun 2008
7. Sertifikat sebagai peserta terbaik peringkat I pada pemilihan Mahasiswa berprestasi Universitas Negeri Medan tahun 2009
8. Sertifikat Pelatihan Penulisan Karya Tulis Ilmiah Mahasiswa tahun 2008
9. Sertifikat peserta pendidikan dan pelatihan Jurnalistik Mahasiswa Tingkat Lanjut Se-Sumatera di Pekanbaru tahun 2010
10. Sertifikat peserta Pendidikan Jurnalistik Tingkat Lanjut Nasional tahun 2008 di Palembang.



Daftar Riwayat Hidup

Nama : Rudi Hartono Saragih
T.T.L : Sipolin, 26 Desember 1986
Alamat : Jln. Sukaria no. 100 Pancing, Medan 20222
Agama : Islam
Jenjang Pendidikan Terakhir:
Jenjang studi Strata 1 (S-1)
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
FBS Universitas Negeri Medan
Semester VIII (telah menyelesaikan mata kuliah 144 SKS)
IPK 3,19
No.HP : 0812 6098 0286
e-mail : rudisaragih@ymail.com
blog : cintabahasadansastraindonesia.blogspot.com,

Pendidikan
Jenjang Pendidikan Tempat Tahun
SD SD Negeri Sipolin, Kec.Purba, Simalungun 1993 – 1999
SMP SMP Negeri 1 Sidamanik 1999 – 2002
SMA SMA negeri 1 P.Siantar 2002 – 2005
PT Universitas Negeri Medan 2006 – sekarang


Prestasi yang pernah diraih pada masa kuliah:
1. Membina dan menginovasi majalah ‘INISIATIF’ Taman Madya Taman Siswa Tebing Tinggi ketika Praktik Pengalaman Lapangan Tahun 2009
2. Menjadi Mahasiswa berprestasi Universitas Negeri Medan tahun 2009
3. Juara harapan I pada Kompetisi Karya Tulis Mahasiswa (KKTM) FBS Unimed tahun 2008
4. Juara II Sayembara Penulisan Esai Tingkat Mahasiswa se-Sumatera Utara oleh Balai Bahasa Medan tahun 2009
5. Juara II Penulisan Artikel pada acara Bulan Bahasa di FBS Unimed tahun 2008
6. Beberapa karya seperti cerpen, puisi dan feature telah dibukukan, dll.

Rabu, 07 Juli 2010

SEMANGAT RATAPAN


Oleh Rudi Hartono Saragih



”… Anakku, sawah kita bukan milik kita. Ladang kita bukan ladang kita
Tak mungkin menjualnya demi cita-citamu
Tenaga dan doa yang kuat dapat kuberikan padamu
Jika ada tangan-tangan suci meraih dan merangkulmu, ikutlah
Bersamalah engkau tetap pada cita-cita kecilmu dulu…,”
***

Lalang-ilalang menyondong ke jalan, batu-batu tak beraturan menghiasi jalanan. Semalam sandal jepit kesayanganku masih memijak aspal, kini dia hanya bisa bersentuhan dengan abu-abu, batu dan sedikit becek yang ada. Ya, kemarin ada hujan deras mengguyur jalanan ini. Mendung menyelimuti awan, mengiringi jejak kakiku yang bergetar, bergerak menepis jalanan. Diam, sepi, hanya gemerisik dedaunan di pinggir jalan yang diiringi suara burung. Aku tatap jauh ke depan, sambil terus melangkah, kadang aku hanya bisa berjalan dari pinggir, di tengah ada becek bagai kubangan kerbau.
Baru saja aku kembali dari ibukota Sumatera Utara, Medan. Kota menuju metropolitan. Dengan penuh harapan di sana aku mengikuti seleksi penerimaan mahasiswa baru perguruan tinggi negeri. Berharap masa depan lebih cerah, berharap aku dapat mengubah nasib keluarga.
Menurut informasi yang aku dapatkan, kuliah di perguruan tinggi negeri jauh lebih murah dibanding swasta. Pun, di perguruan tinggi negeri, banyak beasiswa terutama bagi keluarga yang kurang mampu seperti keluarga kami.
Sekali-kali aku teringat ratapan ayah, “… Anakku, sawah kita bukan milik kita. Ladang kita bukan ladang kita, Tak mungkin menjualnya demi cita-citamu…,” membuat merasa lebih bertanggung jawab untuk memperbaiki kesejahteraan keluarga. Apalagi aku adalah anak pertama dari empat bersaudara. Ini adalah amanah. Ini tanggung jawab.
“Bang aku minta ikannya, nasiku belum habis…,”
“Udah habis, besok lagi ya, tadi kedai sudah tutup jadi tidak sempat beli ikan” Potong ayah menjawab pertanyaan adik yang belum mengerti kondisi keluarga.
Pagi ini, pukul 00:00 adalah pengumuman seleksi penerimaan mahasiswa baru yang kuikuti. Gelisah menunggu jawaban, aku bingung. Di kampung ini tidak ada koran yang ada hanya radio dan TV hitam putih, itupun terbatas.
Sambil duduk, diam, aku berencana menanyakan esok hari kepada teman, kenalanku ketika ujian melalui telepon genggam pak kepling, satu-satunya telepon genggam di kampung ini.
“Bang, aku dengar di radio nanti ada pengumuman yang lulus seleksi” Kata adikku seraya mendekatiku.
“Radio apa?”
“Ntah”
Aku segera menuju radio yang digantung khusus di atas meja. Radio tidak boleh dibawa-bawa. Radio adalah barang berharga di kampung ini.
Waktu yang ditunggu telah tiba. Segera aku dengar dengan seksama pengumuman yang disiarkan di RRI. Aku mendengar nomor ujian dan nama yang disebutkan, pesertanya cukup banyak. Pernah aku mendengar namaku, tapi nomornya berbeda, berarti itu bukan aku! Nomorku 013-205-05875. Tentunya sekarang bukan giliranku. Hingga aku tertidur setelah setengah jam mendengarkan pengumuman itu, maklum hari ini aku capek bekerja di ladang.
Aku merasa kurang percaya, karena semalam ketiduran. Tidak mendengar pengumuman secara keseluruhan.
Di desa, pedalaman yang jauh dari kota seperti ini, waktu berbelanja hanya satu kali satu minggu. Yakni ketika pekan tepatnya hari rabu. Di saat itulah aku berusaha mencari koran bekas hari sabtu. Ya, tentu saja karena pengumuman kemarin tepatnya hari sabtu.
***



Gemerisik ilalang dengan belaian angina tetap mengerling di telinga. Embun pagi hari masih bergantung di dedaunan segar. Alunan kicau burung mengiringi datangnya mentari di pegunungan ini.
Wushh…, Angin sepoi kembali menyapa, dingin. Badan gemetar dan gigi sepertinya bergeletar. Dingin menusuk ke tulang sum-sum. Tapi pagi ini cukup cerah, pagi adalah permulaan yang baik.
Aku langkahkan kakiku menuju ladang, kira-kira 6 kilo meter dari rumah. Ini jarak yang tidak jauh kalau perladangan di kampung. Aku tahankan dinginnya pagi ini. Apalagi embun pagi yang singgah di rumput telah membasahi lutut hingga jemari kaki.
Aku menyadari, tiada jalan yang kutempuh untuk keluarga selain rajin ke ladang. Aku telah gagal menjadi mahasiswa. Aku tahu jika kuliah di swasta, orangtuaku tidak akan sanggup. Pun, kalau kuliah di negeri aku hanya mengharapkan beasiswa dengan surat sakti yang ditandatangani kepala desa. Tapi inilah kehidupan, tidak mungkin aku putus asa. Mudah-mudahan tetap sadar bahwa aku adalah anak pertama.
“Mau jadi apa kelak adik-adikku jika aku tidak berusaha sedini mungkin” Gumamku seperti mengigau.
Aku pacu semangatku membuka lahan/ladang yang dipinjam ayah dari tetangga. Walau aku harus membayar sewa dengan bekerja di ladangnya, aku tetap memupuk semangat.
Tanaman padi dan cabai adalah jenis tanaman yang kami tanam. Aku tambahkan ubi di pinggir ladang untuk mengambil sayur dan buah ubi. Setiap pagi hingga sore, aku terus ke ladang. Untuk merawat padi dan cabai tanaman kami.
Selama tiga hari dalam seminggu, aku terpaksa bekerja di ladang orang untuk mencari gaji harian guna membeli makanan di rumah. Ibu tidak sanggup lagi bekerja di ladang orang. Pun, kalau dia bekerja hanya mencabut rumpur di ladang kami. Sedangkan ayah hanya bisa diam di rumah untuk memulihkan kakinya yang sakit akibat kerja mengangkut kayu dari hutan. Kemarin satu bulan lalu sebelum sakit dia masih bisa bekerja di ladang orang untuk menutupi kebutuhan kedua orang adikku yang sekolah di SMP dan SMA di ibukota kecamatan. Karena di desa ini yang ada hanya ada SD, itupun masih jauh dari rumah.
Ladangku kini sudah mulai subur, padi dan cabai terlihat gemuk. Satu bulan lagi padi kami bisa di panen, sedangkan cabainya bisa di panen selama tiga bulan lagi. Tapi panen tidak akan memuaskan jika tanaman ini tidak diberi pupuk. Untuk itu jugalah aku harus bekerja di ladang orang. Berharap dengan adanya pupuk, panen kami akan bertambah.
***

Terus aku gisgisi rumput di ladang ini. Teriknya hari adalah bunga-bunga, variasi para petani. Walau membuat lelah dan haus ini harus tetap disyukuri karena cuaca seperti ini harus tetap disyukuri. Cuaca seperti ini sangat cocok untuk tanaman. Walau tidak cocok untukku, tetapi sudah lebih baik jika itu cocok untuk tanaman.
Perawatan tanaman ini harus intensif seperti yang telah kupelajari di mata pelajaran muatan lokal, walaupun aku juga harus mendapat saran dari ibu. Ibu sangat berpengalaman. Tanaman ini terus aku bersihkan dan tidak lupa memupuk setiap bulan serta menyemprot walaupun dengan ala kadarnya.
Aku dikejutkan suara anak-anak yang menangis dari jalan ladang. Itu adikku.
“Hi…, hiks…, hiks…,” Sambil menangis dia hanya bisa berkata “Abang…, bang…, ayah…,” dan terus menangis. Entah kenapa.
“Sudahlah diam! Ada apa dengan ayah?” Aku hanya senym melihatnya, sepertinya dia dimarahi ayah gara-gara sesuatu.
Aku menjadi ragu, kata-kata itu diulang dan diulangi adikku sambil menarik bajuku menuju arah pulang. Tidak seperti biasanya, adikku sibungsu adalah bijak dan berani berbicara.
Jantungku semakin berdetak kencang saat mendengar ratapan tangis dari rumahku.
“Jeurrr…” Darahku mengalir dan langsung melemah. Aku hanya bisa meneteskan air mata. Ayah telah kembali kepadaNya. Kembali aku teringat ratapan ayah,

“… Berharap aku, di kampung kita
Engkau mulai langkah-langkah tegar menuju ke sana
Dalam setiap ayunan cangkulku selalu bersama cita-citamu
….
Anakku, anakku
Andai angan harap dan pendengaranku tak dapat menyertaimu
Aku serahkan padaNya
Semoga ada yang melihat dan membawamu dari lumpur
Ke tingkat istana kebenaran itu…,”

Hari ini hari yang menyedihkan bagi keluarga kami. Sungguh aku tidak tega melihat ibuku dan adik-adikku menangis.
Sepeninggalmu ya ayah
Aku tanamkan tanggung jawab di dalam batinku
Aku nobatkan diriku untuk menafkahi ibu dan adik-adikku
Kan kuteruskan ladang kita di sana
Ayah, hanya doa yang bisa kaberikan untukmu
Semoga engkau diterima di sisinya.

Aku tidak tahan mendengar ibu dan adikku menangis tidak ingin menemui adikku putus sekolah. Hatiku tetap risau. Kacau balau. Keadaan semakin buruk, adik-adikku hendak pergi ke sekolah. Seperti biasanya dia meminta uang bulanan. Untung saja aku bisa bekerja di ladang orang dan sekarang uang itu cukup untuk membiayai adik-adikku dan makan keluargaku.
Aku semakin yakin, ayah pernah mengingatkan kalau Yang Maha Kuasa tidak akan memberikan cobaan untuk hambanya jika hambanya tidak sanggup menghadapinya. Kehidupan ini akan silih berganti dan akan berubah. Ada saat senang ada saat sedih. Ada hikmah dibalik kesedihan. Dan pasti ada peluang di balik krisis.
Hari-hari terus kami lalui tanpa ayah. Cukup berat rasanya memanen padi tanpa kehadiran ayah. Tapi apalah daya, takdir sudah berjalan, semua itu tidak bisa disalahkan. Namun, lumayan. Panen kali ini cukup banyak. Cukup untuk makan sampai panen berikutnya.
Sejak panen padi, aku dan ibu sudah bisa khusus mencari uang bulanan adik-adikku dan sedikit tabungan keluarga. Ibu juga selau bilang, kalau itu adalah uang belanja tak terduga.
Hasil cabai cukup melimpah, tidak hanya itu, harga cabai di pasaran juga memuncak hingga enam tahun terakhir. Empat bulan waktunya cabai terus panen setiap satu kali satu minggu. Berkat kerja keras selama ini, ibu punya tabungan juga yang cukup untuk menyekolahkan kami dan modal untuk tahun selanjutnya.
Aku kembali mengingat kata-kata ayah “Anakku, semua peristiwa itu ada hikmahnya, pasti ada peluang di balik tantangan, pasti adal kehidupan baru setelah kehidupan lama’.
Aku merenungi, menyadari seandainya dulu aku lulus menjadi mahasiswa pasti adik-adikku juga putus sekolah. Pasti tidak ada panen cabai yang melimpah seperti ini.
“Terimaksih ya Allah. Atas semua hikmah yang kau berikan. Ada firman di balik cobaanmu. Ayat-ayatmu memberi kekuatan, dzikirmu menenangkan jiwaku. Rahmat dan karuniamu melekat di keluargaku. Ya Allah terimalah ayahku di sisimu.”
Kini aku percaya kepada ibu untuk menafkahi kami sekeluarga. Modal untuk bertani sudah lebih dari cukup untuk beberapa tahun ke depan. Tetapi walaupun demikian aku akan tetap bekerja hendak sambil kuliah di hari esok.
Hari ini aku telah mendapat ijin untuk pergi dari ibu dan adik-adikku. Yang terhalang tahun lalu.
“Ibu, doakan aku menjadi mahasiswa yang baik berperestasi untuk mengejar cita-cita, menatap hari esok yan semakin cerah dan memperbaiki keluarga kita.” Ujarkuu seraya senyum dan menempatkan tangan ibuku di keningku.
Hari ini aku pergi ke kota untuk mengikuti seleksi penrimaan mahasiswa baru. Tidak lupa aku membawa surat sakti yang ditandatangani kepala desanya.

Kutipan puisi “Seorang Petani Menatap Kampus Kebenaran” karya Antilan Purba


Sidamanik
26 September 2009

Kamis, 10 Juni 2010

Artikel

Guru, Tulang Punggung Kecerdasan Bangsa
Oleh: Rudi Hartono Saragih

Guru, pahlawan tanpa jasa. Pahlawan yang paling dekat dengan masyarakat dan pahlawan yang memasyarakat. Jasa-jasanya sangat abstrak tetapi sangat berpengaruh dan menentukan kehidupan setiap individu, masyarakat, bangsa dan negara.
Memperingati hari guru ke-63, 25 November 2008, tampaknya merupakan sebuah nostalgia dengan tindak-tanduk, peran dan fungsi guru yang telah dilaksanakan pada masa lalu. Semua itu mengingat hal-hal yang berhubungan dengan proses pencerdasan kehidupan bangsa indonesia.
Jasa yang tidak terukur dalam membangun harkat dan martabat bangsa menuju kesejahteraan dan keadilan dalam lingkup negara kesatuan republik indonesia. Kecerdasan itu adalah alat dan bekal setiap individu untuk hidup dan menjalani kehidupan. Sadarkah kita bahwa semua itu adalah hasil dari jasa-jasa guru? Seluruh individu menjadi manusia yang utuh dengan segala kemampuan kognitif, afektif dan psikomotoriknya berkat guru yang telah membina dan mengajar individu sebagai peserta didik. Kemampuan-kemampuan terbentuk dengan proses pembelajaran yang direncanakan dan dilakasanakan oleh guru. Dalam pengembangan sumber daya menusia (SDM), guru menjadi seorang konseptor sekaligus eksekutor. Artinya gurulah yang membuat konsep/rencana dan penerapan untuk membentuk SDM yang lebih baik. Oleh karena itu terbentuklah individu-individu dengan berbagai kemampuan seperti sekarang ini.
Guru kencing berdiri murid kencing berlari. Peribahasa ini menyatakan, apa yang dilakukan guru hal itulah yang akan dilakukan peserta didiknya. Peserta didik cederung meniru apa yang dilakukan guru. Para perserta didik tentunya menjadikan seorang guru itu adalah seorang panutan yang pantas ditiru. Sangat jelas bahwa perkembangan individu dipengaruhi secara mendasar dari kelakuan, sikap dan arahan yang diberikan seorang guru. Kita tidak dapat mengingkari kalau seorang guru membelajarkan ilmu yang salah maka ilmu yang salah itulah yang akan berkembang di negara ini. Kita akan tahu dampaknya, jika ilmu yang salah menjadi pedoman maka negara ini akan amburadul.
Reformasi pendidikan yang diharapkan bangsa Indonesia menuju kualitas yang lebih baik dan bermutu tampaknya belum masih jauh dari harapan. Harapan-harapan kemajuan itu seluruhnya terbeban pada "pundak guru" adalah sebagai sesuatu yang wajar dan tidak salah lagi. Tagihan-tagihan selalu tercurah pada guru untuk mempertanyakan efektivitas pembelajaran yang dilakukan melalui para peserta didik. Ketidaksuksesan pembelajaran juga banyak yang menyalahkan guru. Tetapi apakah itu sesuai dengan kondisi guru yang sekarang ini?
Anggaran pendidikan sebanyak 20 persen dari APBN yang dicanangkan pemerintah sampai sekarang masih dipertanyakan. Usaha penyejahteraan guru yang dilakukan pemerintah memang harus didukung dan diberikan penghargaan. Upaya sertifikasi yang dilakukan pemerintah seperti yang tertuang dalam UU Nomor 14 Tahun 2005 (UU Guru dan Dosen) tentang tunjangan profesi sebesar satu kali gaji pokok sudah terealisasi. Namun apa yang dilakukan tersebut tampaknya masih kurang karena kuota yang mendapatkan sertifikasi masih sangat jauh dari jumlah guru yang ada. Tidak hanya itu, untuk mencapai pendidikan yang lebih baik dan bermutu, pemerintah seyogianya memberikan APBN yang lebih besar dari itu. Sehingga SDM Indonesia terbentuk dan tercibta dengan potensi yang luar biasa dan tangguh yang nantinya membawa kesejahteraan masyarakat indonesia serta mengangkat harkat dan martabat bangsa ini dalam persaingan global.
Tetapi jangan sampai salah persepsi, apresiasi terhadap profesi guru tak hanya sebatas tunjangan finansial. guru juga membutuhkan rasa aman dan nyaman dalam menjalankan tugas-tugas profesinya. Banyak kejadian kekerasan yang masih saja menimpa para guru. Acapkali guru harus menerima ancaman kekerasan dari siswa atau pihak orang tua murid, ketika sedang menjalankan tugas. Walaupun guru memiliki kesalahan dalam mengambil keputusan, karena mereka juga manusia yang tak luput dari kesalahan. Sungguh tidak adil kalau guru lantas harus diperlakukan kurang manusiawi melalui tindakan-tindakan yang kurang baik dan mempermalukan. Ada orang tua yang dengan keras mempertanyakan tindakan anaknya, bahkan ada juga yang sampai marah. Namun selain itu ada juga dengan lembut dan memberikan apresiasi yang baik. Semua itu sebagai gado-gado profesi yang dilakukan guru sehingga bertambahnya hal-hal yang harus dipikirkan oleh guru sebagai seseorang yang berperan sebagai orangtua di lingkungan pendidikan formal. Banyak lagi masalah-masalah yang dialami guru. Namun tidak berarti guru dibiarkan berbuat semaunya karena ada juga guru yang bertindak tidak sesuai dengan profesinya dan itu harus di tindak tegas. Oleh karena itu tetap saja kita sesuaikan dengan hukum dan sesuai dengan kode etik profesi guru.
Guru sebagai tulang punggung kemajuan pendidikan di indonesia memiliki tugas dan tanggung jawab yang besar. Tidak kalah pentingnya, para guru juga harus melakukan refleksi dan evaluasi terhadap dirinya. Kesadaran guru harus dipacu. Kemajuan bangsa ini terletak di tangan guru sebagai pencetak kalangan-kalangan akademisi yang professional. Jangan sampai guru yang menjadi penghalang majunya peradaban bangsa ini. Dampak negatifnya akan lebih luas dan besar jika hal itu terjadi. Reputasi guru akan tercemar dan tidak mendapat kepercayaan dari masyarakat. Apalagi adanya upaya peningkatan kesejahteraan, para guru juga harus berusaha meningkatkan kompetensi diri menjadi seorang pengajar yang berkualitas.
Seperti yang dituntut dalam peraturan Mendiknas No. 16 tentang Standar kualifikasi akademik dan kompetensi guru, sebagai pengajar yang berkualitas guru dituntut memiliki berbagai kemampuan. Ada empat kemampuan (kompetensi) utama seorang guru yaitu kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional. Pertama, kompetensi pedagogik mencakup penguasaan teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik dengan menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, spiritual, sosial, kultural, emosional, dan intelektual. Selain itu guru juga dituntut untuk mengembangkan kurikulum yang terkait dengan mata pelajaran yang diampu dan melakukan penilaian serta evaluasi untuk peningkatan kualitas pembelajaran. Kedua, kompetensi kepribadian mencakup tindak-tanduk sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan kebudayaan nasional Indonesia serta penampilan sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia, dan teladan bagi peserta didik dan masyarakat. Selain itu guru dituntut menunjukkan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga menjadi guru, dan rasa percaya diri arif, dan berwibawa serta tidak lupa terhadap kode etik profesi guru. Ketiga, kompetensi sosial mencakup sikap inklusif, bertindak objektif, serta tidak diskriminatif, berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua, dan masyarakat. Keempat, kompetensi profesional mencakup penguasaan materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu. Menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran yang diampu serta mengembangkannya dan memanfaatkan media pembelajaran efektif. Kompetensi-kompetensi ini dikembangkan secara utuh sesuai dengan kualifikasi mata pelajaran yang diampu para guru.
Bukan hanya itu, guru juga dituntut dan disibukkan dengan tagihan-tagihan yang bersifat administratif. Mulai dari membuat program tahunan, program semester, silabus, rencana program pembelajaran dan berbagai penugasan dan penilaian untuk melakukan evaluasi sampai membuat catatan-catatan kecil tentang proses pembelajaran yang dilakukan di dalam kelas. Hal ini dilakukan secara tertulis untuk memiliki data yang autentik selanjutnya dibuat sebagai dokumen pembelajaran peserta didik. Dan pada akhirnya guru dapat mengambil kesimpulan akhir tentang kemampuan peserta didik tersebut. Seorang guru harus mengetahui prosedur-prosedur pembelajaran dan prosedur dalam satuan pendidikan tertentu.
Setiap harinya guru selalu berpikir untuk kemajuan generasi penerus bangsa. Pergi pagi untuk memberikan ilmu yang dimiliki dengan harapan peserta didik dapat menjadi manusia yang memiliki ilmu pengetahuan yang banyak dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehati-hari. Selain mentransfer ilmu pengetahuannnya, guru juga melakukan penilaian-penilaian kepada perserta didik guna mengetahui tingkat keberhasilan pembelajaran sehingga dapat ditindaklanjuti sesuai dengan kemampuannya.
Seperti yang saja katakan di atas, Guru sebagai produser yang merencanakan proses pembelajaran setiap harinya pantas diberikan apresiasi yang baik. Sehingga dapat mengubah paradigma bahwa profesi sebagai guru adalah profesi alternatif karena tidak diterima di profesi lain tetapi profesi yang benar-benar mulia dan memiliki tingkat kesejahteraan yang cukup dan bukan pas-pasan. Mari kita wujudkan profesi guru untuk masa depan adalah profesi yang diterima masyarakat sebagai profesi yang tidak kalah pentingnya dengan profesi lain. Oleh karena itu, guru akan membentuk peradaban bangsa yang baik dan sesuai dengan cita-cita bangsa serta membawa indonesia sebagai bangsa yang besar dan diperhitungkan di dunia internasional.
Selamat ulang tahun guru. Bangsa ini diamanahkan kepadamu. Negara ini berada pada genggamanmu. Walaupun jasamu tidak terlihat secara nyata, tetapi jasamulah yang memiliki peran penting dalam kemajuan bangsa ini. Selamat ulang tahun guru. Jasamu akan selalu dikenang.

FEATURE NEWS

Bukan Sampingan Bukan Pokok
Oleh: Rudi Hartono Saragih


Malam semakin larut, jalanan mulai sepi. sekali-kali kendaraan memacu abu beterbangan, walau malam, jalanan masih penuh dengan debu. Tampak sebuah gerobak sorong yang diterangi lampu neon. Satu buah kursi panjang tersedia untuk duduk sesaat bagi para pengujung. Gerobak sorong seakan-akan memberikan harapan. Beragam jamu tersusun rapi, telur ayam kampung, telur bebek terletak di sebelah bawah bersama gelas dan berbagai manisan. Berbagai profesi yang dilakukan untuk bertahan hidup. Dari aktivitas subuh hingga malam gelap. Itu semua dilakukan untuk keluarga.
Sebatang rokok dihisap dan dihembuskannya setengah tengadah. Tampaknya walau malam-malam dia tidak berhenti untuk mengais rupiah. Fahmi (35), itulah namanya. Dia Seorang penjual jamu setiap malam di jalan Tembung Deli Serdang, Sumatera Utara. Walau terlihat sedikit mengantuk tetapi dia selalu senyum menyajikan jamu kepada pelanggannya. Bahasa tubuhnya yang ramah, tersirat sebagai penarik para konsumen untuk minum jamu yang dibawa-bawa gerobaknya.
Menjual jamu saat kebanyakan orang sudah terlelap telah dijalaninya selama 5 tahun. Dengan penghasilan yang tidak tentu, lelaki yang telah mempunyai anak 3 ini mengaku meyakini setiap usahanya dalam menjalani kehidupan. "Mana ada cerita sampingan dalam hidup ini. Karena kalau dagang kan itu tergantung kemauan," tuturnya ketika ditanya apakah menjual jamu itu sebagai sampingan (14/4). Dengan percaya diri, lelaki yang bertubuh kekar ini menyatakan senang sekali menjadi penjual jamu. Tidak dikatakannya sebuah pekerjaan itu sampingan, semua itu adalah usaha untuk menghidupi diri dan keluarga. Sebenarnya, sehari-harinya dia adalah seorang penjual pakaian di pasar tembung. "Dari pada gak ada kerjaan di malam hari, bagus jualan jamu sambil duduk-duduk," tukasnya. Tidak terlihat ketidakpercayadirian dalam menjawab pertanyaan yang diberikan. Kekukuhan yang terlihat pada dirinya sangat menunjukkan bahwa jika yang kita kerjakan adalah hal yang halal maka tidak perlu malu atau bahkan tidak percaya diri.
Lalu lalang orang dijalan semakin sedikit, wajar saja, malam semakin larut. Tetapi semakin larut malam para pembeli jamu semakin banyak. Hingga pukul 12. Lokasi ini cukup strategis, jalan yang menghubungkan kota Medan dengan Kabupaten Deli Serdang. Orang yang telah selesai bekerja di Medan biasanya singgah untuk menambah stamina tubuh dengan minum jamu Bang Fahmi.
Ternyata, untuk menjadi penjual jamu seperti ini, juga membutuhkan dana lebih kurang 10 juta rupiah. Fahmi menambahkan, bahwa untuk gerobaknya saja sudah mencapai 6 juta, sedangkan jamu dan perlengkapan lainnya mencapai 4 juta rupiah. Gerobak yang dipenuhi perlengkapan dan peralatan seperti dispenser, termos, alat pengaduk jamu bahkan ada TV di sudut atas gerobak sebagai sumber hiburan bagi pengunjung.
Menjadi tukang jamu itu bukan sampingan, bukan juga pekerjaan pokok. Itu identik dengan sebuah perjuangan hidup yang bertanggung jawab kepada kehidupan. Itu pula lah yang dinyatakan Suwito, seorang penjual jamu di jalan Letda Sudjono. Sudah 18 tahun menjual jamu. Sambil mendengar radio dengan tape rekordernya yang mini dia menjual jamunya seusai magrib hingga pukul 12. Tak ubahnya dengan fahmi, lelaki tua yang sudah berumur 58 tahun ini mengaku bahwa pendapatannya akhir-akhir ini sudah mulai menurun. Kalau dahulu masih bisa menghabiskan 50 gelas tiap malamnya, sekarang sudah berangsur berkurang.
Tidak jauh berbeda dengan penjual jamu yang lainnya. Pak Suwito, menjual jamu dengan kisaran harga Lima Ribu Rupiah hingga Lima Belas Ribu Rupiah. Harga itu tidak terlalu mahal karena sudah dicampur dengan telur ayam kampung atau telur bebek. Satu malamnya dia bisa mendapat penghasilan bersih dari 40 ribu hingga 150 ribu rupiah. Kadang pengahasilan menurun dan kadang meninggi karena hujan, hari libur dan alasan lain. Ketika orang malas keluar karena hujan, maka pendapatan akan menurun. Ketika hari baik dan hari kerja, pendapatan bisa meninggi.
Dengan menjual jamu, pak Suwito bisa menghidupi diri dan keluarganya setiap harinya. Istrinya juga sebagai penjual jamu di pasar saat dia bekerja pada siang hari menjadi kuli bangunan. Kadang-kadang dia menjadi kuli pembuatan perabot. Terlihat ketegarannya berprofesi sebagai tukang jamu. Kata-kata yang diucapkannya terucap secara gamblang tanpa ada rasa malu. Dia betul-betul menikmati pekerjaan itu. Dulunya dia tamat sekolah rakyat (SR), dengan mengikuti jejak orangtuanya dia senang menjual jamu. Menjual jamu sudah seperti keturunan di keluarga mereka, kenapa tidak, satu orang dari tiga anaknya juga menjadi penjual jamu di Pasar Mandala, Medan. "Aku memang sengaja tidak membuat mesin gerobak ini, dengan mengayuh sepeda ini bisa mengeluarkan keringat dan menjadi olah raga bagi seusia kami." ulasnya. Dia memang selalu membanggakan pekerjaan ini, menggunakan gerobak ini bukan karena kurang mampu beli, tetapi sekaligus untuk menjaga kesehatan.
Sekali-kali acapkali datang pembeli saat ngobrol asik dengannya. “Aku sering kali minum jamu di tempat uwak ini, hampir tiap malam pun,” kilah Yogi, seorang pengunjung yang sehari-harinya bekerja di sebuah Pergudangan. Minum jamu malam hari lebih bagus karena setelah itu bisa langsung istirahat dan badan bisa segar kembali untuk bekerja esok hari, Tambahnya. Pengunjung yang satu ini terlihat kompak dengan Pak Suwito. Tertawa lepas dari mereka berdua membuat senyum para tamu yang lainnya.
Bekerja malam-malam bukanlah hal yang asing bagi mereka. Ancaman-ancaman juga hampir tidak pernah mereka alami. Mencari sesuap nasi, itulah selalu yang didengungkan saat mencari mata pencaharian. "Kalau kita baik, pasti orang akan baik sama kita. Jadi kalau masalah gangguan dari PS (pemuda setempat-red) atau ormas (organisasi masyarakat-red) itu tergantung kepada kita," tutur Fahmi yang setiap malamnya berjualan sampai jam 1. “Tidak perlu khawatir, jualan jamu adalah jualan yang halal. Bahkan para penjual jamu menolong orang-orang untuk menjaga kesehatannya. Berpahala lagi,” tambahnya sambil tertawa.
Kebanyakan para pekerja malam seperti menjual jamu memiliki pekerjaan di siang hari. Dengan berbagai keinginan dalam kehidupan, mereka terus berusaha semampu apa yang mereka bisa. Tidak penting waktu matahari memancarkan cahaya atau bahkan hanya bulan yang memancarkan cahaya. "Aku sehari-harinya menjual tilam, dan jangan sampai dapur gak berasap." Kata-kata itulah yang diucapkan Darhan (42) – penjual jamu di jalan Pancing. Malam-malam dia setia menunggu pelanggan.
Berjualan jamu sudah menjadi bagian dari dirinya. walau istrinya hanya sebagai ibu rumah tangga, dia selalu setia berusaha menghidupi keluarganya. Dia dikaruniai 3 orang anak dan sekarang si sulung sudah ada di SMP. Walau bekerja setiap hari dan malamnya, dia selalu mengganggap pekerjaannya itu bukan tambahan tetapi sesuatu tanggung jawab sebagai kepala keluarga. "Sekarang ini jamu sudah mulai kurang digemari orang. para pelanggan sudah berkurang, tapi tidak apa-apa, yang penting waktu malam juga bisa dipergunakan untuk mencari duit." tuturnya dengan senyum.
perwatakannya yang kurus tinggi itu sepertinya memperlihatkan kerja kerasnya setiap malam. Menunggu pengunjung dan berharap rezeky dari Yang Maha Kuasa. Keprofesionalannya mengocok jamu membuat pengunjung tidak terlalu lama menunggu. Gesit, tanggannya bergerak. Sebentar saja dia bisa menyuguhkan beberapa gelas jamu.
Berbeda dengan Suwito, Darhan adalah orang pertam yang bekerja sebagai penjual jamu di malam hari dari keluarganya. Dia mengetahui dan menekuni pekerjaan ini dari binaan para temannya yang berjualan jamu di jalan lain. Walau tidak pernah ada keluarganya yang menjual jamu, dia tidak pernah merasa malu. “Kalau gengsi nggak makan lah, betul kan,” tuturnya.

Selasa, 01 Juni 2010

SI KECAMBAH BERPIKIR

Oleh Rudi Hartono Saragih*

Langkah kakinya menghentak menuju kamar peserta Diklat Jurnalistik Mahasiswa tingkat Lanjut yang diadakan LPM Bahana Mahasiswa Universitas Riau. Tubuhnya tinggi kurus begitu gesit bergerak memasuki kamar. Seraya masuk sambil menyapa teman sekamar, dia melempar senyum. Terlihat senang, dan duduk di samping penulis.
Bung Ardan, Itulah nama akrabnya. Ardansyah merupakan nama lengkap yang diberikan kepadanya. Lahir 15 Mei 1990 di Pematang Siantar, Sumatera Utara. Sekarang tinggal di Pekanbaru tepatnya di jalan Rawa Indah Simpang Tiga, Pekanbaru.
Obsesinya menjadi tentara surut karena pernah mengalami kecelakaan. Itu membuat dia tidak lulus kriteria menjadi seorang militer. Namun tidak menyurutkan semangat untuk mencerahkan kehidupan masa depannya. Fakultas Hukum Universitas Riau menjadi pilihan. Sekarang berada sedang menjalani semester 2 dengan memiliki Indeks Prestasi 3,67. Selain kuliah, aktivitasnya di kampus semakin padat dengan diterimanya dia menjadi anggota tetap di Lembaga Pers Mahasiswa Bahana.
Pada awalnya dia tidak terpikir akan menjadi wartawan kampus. Tidak memiliki minat di jurnalistik. Namun dengan ajakan dan persuasi senior di Bahana –Suhardi namanya– akhirnya dia berkecimpung menjadi jurnalis kampus. Aktivitas ini dinikmatinya. Dia mengaku bangga karena bisa mengenal banyak teman dan mengetahui informasi secara cepat serta bisa mengembangkan diri.
Kemampuan menyampaikan pendapat dalam setiap diskusi menampakkan dirinya sebagai orang yang aktif dalam menangapi masalah. Saat pelatihan maupun saat di dalam kelas. “Dia itu sekelas saya, sering sekali dia mengeluakan pendapat…, Di Bahana dia cukup aktif,” jelas Erliana, teman sekelas dan satu organisasi di Bahana.
Cita-citanya menjadi hakim direncanakan dengan akan memilih Program Studi Hukum Perdata. “Aku terinspirasi pamanku yang menjadi hakim ketika aku kecil hingga sekarang,” ujarnya.
Berbagai prestasi telah diraihnya. Walau tidak sesuai dengan akademik dan aktivitasnya sekarang, itu cukup bisa menandakan bahwa dia memiliki potensi yang besar. Menjadi yang terbaik pada pemilihan Model Iklan by Yoga Pratama entrepreneur, juara 2 pada lomba Model di Matahari Departemen Store Pekanbaru, dan yang paling dia banggakan adalah juara 3 pada lomba Fashion Dance di Mall Ciputra. “Walaupun ini juara 3, namun ini membutuhkan skill dan kemampuan karena pesertanya sangat banyak…,” ucapnya.
Dualismenya sebagai panitia dan peserta pada pelatihan ini, memesankan kepada seluruh peserta agar memanfaatkan waktu dan kesempatan untuk belajar. “… kan segala sesuatu itu bukan waktu yang mengatur. Kita lah yang mengatur semuanya,” kilahnya.
Sesuatu itu merupakan proses, mulai dari hal kecil hingga besar, itu semua sangat berguna. Hal ini sesuai dengan mottonya, “Bekerja keraslah untuk menggapai sesuatu.”
“Selagi kita masih mengerjakan dan menjalan yang baik, terserah mereka mau bilang apa, yang penting yang kita berikan itu adalah fakta dan kenyataan,” tuturnya menanggapi bahwa wartawan sudah dianggap ‘jelek’. Dia menambahkan bahwa itu merupakan sebuah tantangan bagi para jurnalis.

*Penulis adalah anggota Pers Mahasiswa Kreatif Universitas Negeri Medan

Sekolah ku Ibadahku

Oleh 'Liani sinaga' Pagi hari yang cerah,aku duduk di depan Kelas ku b...