SEMBURAT CONGKAK
oleh: Wahyu Wiji Astuti
Lagi, sajak-sajak dipintal oleh mulut bertaring
Tak berakar budi yang mendengungkannya
Hanya seutas kata bertumpuk debu
Yang pias di beranda angin
Oh, matanya beku
“Buatkan aku perahu nabi Nuh” teriaknya
Meski aral meregang penat,
“Lemparkan padaku tongkat nabi Musa!” pekiknya
Buas!
Mengapa dedaun asa itu berwarna kelam?
Tidakkah mulia kan pijar gemerlapan?
Masa itu kau urai keindahan pagi
Masa kini kau sebar kebusukan malam
Dengan baumu yang tak lagi harum
“Aku ingin singgasana Fir’aun!” koar mulutmu lalu.
Medan, September 2009
Sebuah Kreativitas, Inisiatif dan Abdi terhadap bahasa dan Sastra Indonesia
Kamis, 29 Oktober 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Sekolah ku Ibadahku
Oleh 'Liani sinaga' Pagi hari yang cerah,aku duduk di depan Kelas ku b...
-
Regenerasi anggota komunitas penulis anak kampus (KOMPAK) yang pertama kalinya telah dilaksanakan di Universitas Negeri Medan, Minggu 10 Okt...
-
Karya: Risdame Purba Pagi ini terasa sangat dingin sekali, tangan dan kaki terasa dingin sekali seperti es yang membeku, bibir pu...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar